Dari Mas Opik:
Indonesia masih kental dengan mentalitas bangsa jajahan:
1. Sifatnya yang inward looking, menuju ke dalam. Terlena dalam tempurung sendiri, tapi di satu sisi juga narsis. Mental masih mental manusia yang memantaskan diri untuk dijajah.
2. Kita tak pernah belajar dari masa lalu. Dari dulu yang kita urusi selalu masalah perut! Sehingga tak bisa berpikir panjang. Yang diurusi cuma yang di depannya saja. Indonesia 20 tahun mau kayak apa tak tahu. Tak pernah maju. Uteke ndek. Regulasi dan tindakan selalu reaksioner.
3. Demistifikasi gerakan mahasiswa. Yah, mahasiswa banyak didoktrin: agent of change, social control, bla-bla-bla. Komprehesif gagasan hanya soal tambal sulam, rajut kutipan-kutipan, perca-perca. Belum bisa berpikir sendiri.
dan masih berlanjut...
KMPD, sore 16.50 WIB, 20 Desember 2015
Minggu, 20 Desember 2015
Minggu, 13 Desember 2015
Jambore Desa
copyright: jambore.forumdesa.or.id
will be nice journey, for new village. Instrumental mosaic to improve other village in Indonesia.
Start from ourself. Start from our home, our village, our town, our country.
Let's participate :)
will be nice journey, for new village. Instrumental mosaic to improve other village in Indonesia.
Start from ourself. Start from our home, our village, our town, our country.
Let's participate :)
Yakin
ilmu yakin itu yang sulit.
yakin dulu.
baru kerja.
baru cari dalil.
orang yang yakin sulit dibujuk.
orang yakin akan melakukan apapun untuk keyakinannya.
yakin dulu.
baru kerja.
baru cari dalil.
orang yang yakin sulit dibujuk.
orang yakin akan melakukan apapun untuk keyakinannya.
Senin, 07 Desember 2015
Email Untuk Tuhan
Tuhan... saat kecil dulu... siapa yang mengajariku cara berdoa?
Tuhan... saat kecil dulu aku pernah meminta padaMu suatu hari aku akan menjadi anak yang cerdas. Anak yang pandai. Dan selalu itu permintaan besarku.
Anak yang bisa mengubah dunia. Anak yang baik.
Tuhan... jadikan aku seperti yang aku ingini.
~Dari Isma Tuhan, karibmu yang nakal.
Tuhan... saat kecil dulu aku pernah meminta padaMu suatu hari aku akan menjadi anak yang cerdas. Anak yang pandai. Dan selalu itu permintaan besarku.
Anak yang bisa mengubah dunia. Anak yang baik.
Tuhan... jadikan aku seperti yang aku ingini.
~Dari Isma Tuhan, karibmu yang nakal.
Minggu, 06 Desember 2015
Baik
Hari ini begitu baik. Hari ini kamu sangat baik. Entah. Aku merasa lebih takut ketika kamu baik padaku daripada kamu jahat, marah, dan tak peduli padaku. Meski aku suka, kebaikanmu membuatku tak tenang. Membuatku takut kamu menjadikanku teman dan bukan lawan. Aku sudah terbiasa dengan permainan yang sama-sama kita berdua ciptakan. Semacam perang dingin. Satu: aku hanya ingin mencintaimu dengan cara lain dan kamu tak usah tahu.
~IS
~IS
Senin, 16 November 2015
Efek Rumah Kaca & Payung Teduh Fragmen
-Adagio backsong-
Saya tidak tahu, tangan apa yang
bisa membuat saya sampai ke tempat ini? Bagaimana mulanya, bagaimana kajian
epistemologisnya? Saya hanya terharu bahwa sekarang saya masih hidup dan sebisa
mungkin hidup saya bukan menyoal diri saya tapi menyoal orang lain.
Pertemuan saya dengan Efek Rumah
Kaca dan Payung Teduh, Sabtu (14 November 2015) kemarin mencoba mengajak saya
akan refleksi hidup saya sendiri. Saya baru kenal dua band ini saat di Jogja,
karena mungkin mereka tidak sering masuk TV— makanya dulu saya tidak tahu.
Karena menyoal “musik” kebanyakan orang yang ditahu cuma yang ada di TV. Begitu
sempit hidup.
Lagi-lagi, yang memperkenalkan
saya dengan dua band alternatif ini adalah para elemen LPM Arena. Payung Teduh
pertama kali saya mengenalnya di Vila Bella Plaza, Kaliurang. Tempat saya
dan teman-teman di upgrading jadi
anggota resmi Arena 2013. Pas di vila itu, Mas Jamal lagi nulis esay sambil
memutar musik, saya tak tahu yang nyanyi siapa. Saya mendengarnya kok enak di
telinga, ada instrument berbeda dari grup ini. Musiknya lembut dan sesuai
dengan kepribadian saya yang melankolis. Saya hanya menghafal beberapa lirik
lagunya yang menurut saya puitis dan mengena. Saya masih ingat pararara… pararara… aku ingin berjalan
bersamamu di antara daun gugur… Singkat cerita berproses, saya mendengar
lagu-lagu ini lagi di sekret, terjawab sudah yang nyanyi Payung Teduh. Yah,
sesuai namanya, musiknya bikin teduh.
Efek Rumah Kaca (ERK) ini yang
lebih unik. Saya kenal ERK dari sebuah kontradiksi. Belum lama ini, di tahun
2015, saat itu siang, di sekret Arena. Di Arena sedang lumayan ramai karena
teman-teman Teater Eska kayak Mas Bedil main. Nah, Mas Sabiq entah siapa nyetel
lagu dari komputer Arena yang diteruskan ke sound yang kondisinya sekarang
angin-anginan (kadang bunyi, kadang enggak). Lagu yang menurut saya liriknya
aneh, nyeleneh, edan, out box semacamnya. Masak saya dengar
begini:
….jatuh cinta itu biasa saja…. (sebagai orang yang jatuh cinta,
saya dengar lirik ini kayak di-knock out)
….gelap adalah teman yang setia…. (serasa hidup saya sekali, hha)
Saya langsung curious siapa ini yang nyanyi? Band aneh
mana lagi ini? Mas Bedil, Mas Jamal, Mas Sabiq pada hafal lagi, kok asik ya.
Ini baru terjawab agak lama, saat malam sepi di Arena. Seseorang, sebut Si
James nyetel lagu dari komputer. Trus
James pergi dan yang tersisa di Arena cuma saya. Lalu saya lihat komputer Arena
musik siapa yang diputar: oh yang nyanyi
Efek Rumah Kaca.
Saya langsung semangat copas dan mendengarnya di kos. Brengsek!
Seperti halnya saya kenal dengan Sisir Tanah, liriknya kritis, liyan, puitis,
dan menggugah kesadaran. Saya kenal band yang "berisi" (versi saya) lagi. Yang
liriknya saya banget dan tiap dengarin itu saya merasa punya teman. Di antara
24 lagu ERK yang saya punya, sekitar sebulan saya hampir menghafalnya semua. Bahkan
ke-24 lirik lagunya, dalam rangka observasi proses kreatif buat puisi, saya
catat, saya tulis ulang di buku. Semua lagu saya suka semuanya, tapi yang
paling saya suka yang “Debu-debu Berterbangan” dan “Balerina”.
Jujur, saya tidak mencari hal-hal
privasi dari ERK dan Payung Teduh. Bahkan saya tidak hafal semua personelnya.
Yang saya ingat, vokalis ERK namanya Mas Cholil (personel lainnya saya tidak
tahu). Kalau vokalis Payung Mas Is (ah, kok sama kayak panggilan saya, haha). Meski
begitu saya khatam dengan lagu-lagu mereka. Saya mencintai mereka karena
kontribusi mereka untuk orang lain, khususnya penikmat musik Indonesia.
Musik ERK, bagi saya pribadi
menyimpan semacam revolusi bagi kaum
marjinal. Seseorang yang disingkirkan dari lingkungannya kayak di lagu Sebelah Mata, Jalang, Di Udara, dan
tentang eksistensi yang pudar dalam
Tubuhmu Membiru Tragis. Atau lagu para kaum urban seperti di lagu Banyak Asap Di Sana dan Belanja Terus Sampai Mati .
Banyak juga lirik-liriknya yang
berkisah tentang malam, bahkan hampir semua menurut saya suasananya malam, tapi yang paling
kentara ada dalam lagu Insomnia dan Melankolia. Atau tentang filosofi
memaknai hidup dan bagaimana hidup itu berjalan dalam Balerina, Debu-debu Berterbangan, Desember, Kamar Gelap, Hujan Jangan
Marah.
Atau lagu kritik terhadap
fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar kita seperti dalam lagu Mosi Tidak Percaya, Efek Rumah Kaca, Menjadi
Indonesia, Kenakalan Remaja di Era Informatika. Juga yang paling dalam
tentang cinta yang aneh, yang beda dari kebanyakan orang, cinta alternatif,
kayak di lagu Jatuh Cinta Biasa Saja, Kau
dan Aku Menuju Ruang Hampa, Lagu Kesepian, Lelaki Pemalu, atau lagu para
LGB (Lesbi, Gay, Bisek) di Bukan Lawan
Jenis.Yah, saya suka ERK.
Jika Payung Teduh, lagu-lagunya
mengajarkan saya tentang perspektif cinta yang substil dan dewasa. Bukan lagu
cinta pop yang denotatif. Payung Teduh itu bagi saya bersayap dan romantis, lihat
saja dalam lagu Berdua Saja, Untuk
Perempuan yang sedang dalam Pelukan. Juga lagu tentang kekecewaan tapi
masih ada harapan atau sesuatu yang menyentuh kenangan Resah, Angin Pujaan Hujan, Cerita tentang Gunung dan Laut, Kucari Kamu,
Tidurlah, atau dalam lagu Kita Adalah
Sisa-sisa Keikhlasan yang Tak Diikhlaskan.
Dan Sabtu malam minggu (14/11),
saya dan kamerad saya Anis pergi berdua ke konser Gelar Karya & Budaya
Mechanical Project, mahasiswa-mahasiswa Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Konsernya diadakan di sportorium UMY. Kami
duduk di kursi festival, karena tiketnya paling murah (30K). Kami diberi gelang
kertas kayak naik kapal gitu atau mau masuk ke wahana rekreasi mana gitu. Saat
itu saya juga bawa kamera Arena, dikenai pajak 15K yang itu bagi mahasiswa pas-pasan seperti saya mahal.
Acaranya dipandu oleh Selososelo.
Ada tarian adat dan stand up comedy juga.
Lalu yang dinanti-nanti tiba. Yeah, Payung Teduh membuka malam itu dengan lagu Kucari Kamu, pas lihat Mas Is, ah beda
banget sama musiknya. Rambutnya gondrong, suaranya cetar, dan khas Is banget.
Dilanjut
lagu-lagunya yang lain yakni Perempuan
yang Sedang dalam Pelukan, Angin Pujaan Hujan, Tidurlah, Kita Adalah Sisa-sisa Keikhlasan
yang Tak Diikhlaskan, Resah, ditutup lagu yang liriknya Menuju Senja, Payung Teduh… harum mawar di taman, menusuk ke dalam sukma
dan menjadi tumpuan rindu cinta bersama di sore itu menuju senja….
Lalu detik-detik yang saya
tunggu, “Efek Rumah Kaca”! Allahu Akbar!!! Lagu pembukanya langsung Debu-debu Berterbangan… saya mendadak
agamis dan ingat mati.
“Demi masa, sungguh kita tersesat,
membiaskan yang haram karena kita manusia
Demi masa, sungguh kita terhisap, ke dalam
lubang hitam, karena kita manusia
Pada saatnya nanti, tak bisa bersembuyi
Kita pun menyesali kita merugi
Pada siapa mohon perlindungan
Debu-debu berterbangan…”
-Atomos. Al 'Ashr-
Pas ERK main, posisi saya sudah
VVVIP (Very-very-very Important Person), di pertengahan Payung Teduh main saya
sudah merangsek ke depan panggung sendirian bersama kamera saya bareng beberapa
fotografer yang lain.
Sayangnya, di sana nggak ada
kesempatan buat jingkrak-jingkrak karena model panggung dan penontonnya dibuat
kursi-kursi bernomor dan berkelas gitu. Padahal lagu-lagunya ERK asik buat
jingkrak-jingkrak. Nggak bisa rock and roll.
Alhasil saya menggilanya sambil
duduk badan gerak-gerak semua. Mas-mas fotografer di kiri kanan saya aneh juga kayaknya
mandangin saya. Bodoh. Saya sedang bahagia melihat band yang saya sayangi
nyanyi di depan. Salah satu mimpi saya nonton ERK terwujud. Dan di paling depan
jelas banget nontonya, haha.
Daftar lagu yang ERK nyanyikan: Debu-debu Berterbangan, Kau dan Aku Menuju
Ruang Hampa, Sebelah Mata, Hujan Jangan Marah, Hujan Jangan Marah, Kamar Gelap,
Pasar Bisa Diciptakan, Lelaki Pemalu, Jangan Bakar Bukumu (feat Is Payung
Teduh), Di Udara, Putih, Jatuh Cinta Itu
Biasa Saja, Lagu Kesepian, dan ditutup Desember.
….seperti pelangi setia, menunggu hujan
reda.
IS, 2015 Nove 16
Kamis, 29 Oktober 2015
Fail to be Funny
Pal, in a few days so hard to write. I don't know why? Much exercise sprays in my brain, I am feeling yeah or all must go be done (or losing). Other words, reality was so fast and slowly choke me. Dreams were far in other world. Haha, the best idea is to laugh in everything condition like crazy man and what I am.
Pal, you know my story in this day? I came in a discussion about a book, I tried to speak there. Now, I want to laugh alone when remember that. Before I visited the discussion, I prepared the subject of discussion almost a piece of paper. When I spoke, the LOL things, I am want to speak funny things, but in me.. it's be serious.. haha. Fail to be funny.
The precious one, I learn about my represent (I am) there. I spoke not because anything, I speak because I want tell for people about my idea, although my tounge was not fluently. Although my words running zig-zag. Although I must stop in along time to think--and person in front of me laugh looking me. Never can forget.
Second, about my friend that tell me much things about friendship. Two years ago until now, I am in doorless house. But, in long time I never feel a deep relation with one by one person there. What's wrong? Everyday we met, but why I am still be an introvert? We met but we out distance.
Third, about my dad. I relieved can tell all that bother my mind here with him. You know, it's so hard to do that, hard. ~IS
sometime, i wanna like this monkey, pal |
The precious one, I learn about my represent (I am) there. I spoke not because anything, I speak because I want tell for people about my idea, although my tounge was not fluently. Although my words running zig-zag. Although I must stop in along time to think--and person in front of me laugh looking me. Never can forget.
Second, about my friend that tell me much things about friendship. Two years ago until now, I am in doorless house. But, in long time I never feel a deep relation with one by one person there. What's wrong? Everyday we met, but why I am still be an introvert? We met but we out distance.
Third, about my dad. I relieved can tell all that bother my mind here with him. You know, it's so hard to do that, hard. ~IS
Sabtu, 24 Oktober 2015
Lirik Lagu Hidup - Sisir Tanah
Kemarin ada suara gitar yang jernih dimainkan seseorang. Dia nyanyiin lagu ini... lagu untuknya... untuk hidupku, hidupmu... (........harus berani........)
Lagu Hidup
Kita akan selalu butuh tanah
Kita akan selalu butuh air
Kita akan selalu butuh udara
Jadi teruslah merawat
Jika kau masih cinta kawan dan saudara
Jika kau masih cinta kampung halamanmu
Jika kau cinta jiwa raga yang merdeka
Tetap saling melindungi
Dan harus berani, harus berani
Jika orang-orang serakah datang
Harus dihadang
Harus berani, harus berani
Jika orang-orang itu menyakiti
Harus bersatu menghadapi
Sedihmu adalah sedihku juga
Sakitmu sakitku sakit kita manusia
Bahagiaku takkan lengkap tanpa bahagiamu
Bahagiakanlah kehidupan
dan harus berani, harus berani
harus berani, harus berani, harus berani
harus berani, harus berani, harus berani
Sisir Tanah Copyright |
Selasa, 06 Oktober 2015
Lirik Lagu Obituari Air Mata – Sisir Tanah
(Sisir Tanah Ft. Antonius Gipta at LAF Yogyakarta) |
Kita tuan pada masing-masing
Keinginan-keinginan
Kita tuan pada masing-masing
Kebohongan-kebohongan
Kita tuan pada masing-masing
Keputusan-keputusan
Kita tuan pada masing-masing
Kehilangan-kehilangan
Air mata kenapa kau harus menangis
Air mata kenapa kau harus menangis
Kita tuan pada masing-masing
Kesalahan-kesalahan
Kita tuan pada masing-masing
Kekalahan-kekalahan
Kita tuan pada masing-masing
Pengorbanan-pengorbanan
Kita tuan pada masing-masing
Penyesalan-penyesalan
Air mata kenapa kau harus menangis
Air mata kenapa kau harus menangis
Air mata kenapa kau harus menangis
Air mata kenapa kau harus menangis
Lihat di hati kita di hati kita di hati kita
Lihat siapa yang mati, siapa yang mati, siapa yang mati
Lihat di hati kita di hati kita di hati kita
Lihat siapa yang mati, siapa yang mati, siapa yang mati
Rabu, 23 September 2015
Doa Murid karya Umberto Maturana
Jangan paksakan kepadaku apa yang kauketahui
Aku
ingin menyelami apa yang tidak kuketahi
dan
menjadi sumber dari penemuanku sendiri
Biarkan yang diketahui mejadi pembebasanku, bukan
penghambaanku.
Dunia kebenaranmu dapat menjadi pembatasan bagiku;
kearifanmu
menjadi sangkalanku.
Jangan
menyuruh-nyuruh aku, mari kita berjalan bersama
Biarkan kekayaanku dimulai di tempat kekayaanmu berakhir.
Tunjukkan kepadaku agar aku dapat berdiri
di atas
bahumu.
Ungkapkan dirimu agar kau dapat menggali
sesuatu
yang berbeda.
Kau percaya bahwa setiap manusia
dapat
mecintai dan mencipta.
Maka
aku pun memahami rasa takutmu
ketika aku memintamu hidup sesuai dengan kearifanmu.
Kau tidak akan tahu siapa aku
dengan
hanya mendengarkan dirimu sendiri.
Jangan
menyuruh-nyuruh aku; biarkan saja aku begini.
Kegagalanmu adalah jika aku identik denganmu.
#“Caring” oleh Marcial
Losada, diilhami karya Umberto Maturana “The Student’s Prayer”. Tidak
diterbitkan sebelumnya.
Senin, 14 September 2015
Aku Tak Tertarik
Aku tak tertarik apa mata pencarianmu.
Aku ingin tahu apa yang kaudambakan, dan apakah kau berani
mengimpikan
bertemu
dengan
pujaan hatimu.
Aku tak tertarik berapa usiamu.
Aku ingin tahu apakah kau mau mengambil risiko terlihat
bodoh demi cinta, demi
cita-cita,
demi petualangan hidup sepenuhnya.
Aku ingin tahu apakah kau telah menyentuh pusat dukamu
sendiri, jika
kau telah dibukakan oleh pengkhianatan hidup atau telah
menjadi layu dan tertutup
karena takut disakiti lagi! Aku ingin tahu apakah kau bisa
duduk bersama rasa
sakit,
sakitku atau,
sakitmu, tanpa mencoba menyembunyikannya, atau memudarkannya
atau
memperbaikinya.
Aku ingin tahu apakah kau bisa berada bersama sukacita,
sukaku
atau sukamu;
jika kau bisa menari dengan alam liar dan
membiarkan keriangan mengisimu hingga ujung jemari kaki dan
tanganmu tanpa
mengingatkan
kita untuk berhati-hati, bersikap realistis, atau mengingat
keterbatasan manusia.
Aku tak tertarik apakah cerita yang kusaksikan ini benar.
Aku ingin tahu apakah kau bisa mengecewakan orang lain agar
jujur pada dirimu;
jika
kau
dapat menanggung tuduhan pengkhianatan dan tidak
mengkhianati dirimu sendiri.
Aku ingin tahu apakah kau bisa setia dan karenanya dapat
dipercaya. Aku ingin
tahu
apakah kau dapat melihat keindahan meskipun tidak setiap hari itu
elok,
dan jika kau dapat
menyumberkan hidupmu dari kehadiran Tuhan. Aku ingin tahu
apakah kau bisa
hidup
dengan kegagalan, gagalmu dan gagalku, dan tetap berdiri
pada sisi
danau dan berteriak kepada bulan keperakan: “Ya!”
Aku tak tertarik pada tempat tinggalmu atau seberapa banyak
uang yang kau miliki.
Aku ingin tahu apakah kau bisa bangkit setelah semalam
berduka dan merana,
lelah, babak belur, dan melakukan apa yang perlu dilakukan
demi anak-anak.
Aku tidak tertarik siapa dirimu, atau bagaimana kau tiba di
sini.
Aku ingin tahu apakah kau mau berdiri di tengah api
bersamaku
dan tidak mundur teratur.
Aku tidak tertarik di mana atau apa atau dengan siapa kau
belajar.
Aku ingin tahu apa yang menjagamu dari dalam, saat segala
hal berjatuhan.
Aku ingin tahu apakah kau bisa sendirin bersama dirimu; dan
apakah kau benar
benar
menyukai temanmu di saat-saat hampa.
“Undangan” terilhami
oleh Pemimpi Gunung Oriah,
Tetua kaum Amerika
asli, Mei 1994.
Saya kutip dari buku SQ
karya Danah Zohar dan Ian Marshall.
SQ mengutipnya
dalam A Passion for the Possible karya
Jean Houston.
Ps: Puisi ini buat teman sepermainan Omi Ajeng Cahyanti,
hepi besdei, udah 21th hoi, haha. Juga buat orang yang pernah bilang ke saya
“Jangan terlalu berhati-hati Is.”