Minggu, 20 Desember 2015

Mental yang Memang Pantas Dijajah

Dari Mas Opik:

Indonesia masih kental dengan mentalitas bangsa jajahan:
1. Sifatnya yang inward looking, menuju ke dalam. Terlena dalam tempurung sendiri, tapi di satu sisi juga narsis. Mental masih mental manusia yang memantaskan diri untuk dijajah.
2. Kita tak pernah belajar dari masa lalu. Dari dulu yang kita urusi selalu masalah perut! Sehingga tak bisa berpikir panjang. Yang diurusi cuma yang di depannya saja. Indonesia 20 tahun mau kayak apa tak tahu. Tak pernah maju. Uteke ndek. Regulasi dan tindakan selalu reaksioner.
3. Demistifikasi gerakan mahasiswa. Yah, mahasiswa banyak didoktrin: agent of change, social control, bla-bla-bla. Komprehesif gagasan hanya soal tambal sulam, rajut kutipan-kutipan, perca-perca. Belum bisa berpikir sendiri.

dan masih berlanjut...

KMPD, sore 16.50 WIB, 20 Desember 2015

Minggu, 13 Desember 2015

Jambore Desa

copyright: jambore.forumdesa.or.id

will be nice journey, for new village. Instrumental mosaic to improve other village in Indonesia.
Start from ourself. Start from our home, our village, our town, our country.
Let's participate :)

Yakin

ilmu yakin itu yang sulit.
yakin dulu.
baru kerja.
baru cari dalil.
orang yang yakin sulit dibujuk.
orang yakin akan melakukan apapun untuk keyakinannya.

Senin, 07 Desember 2015

Email Untuk Tuhan

Tuhan... saat kecil dulu... siapa yang mengajariku cara berdoa?
Tuhan... saat kecil dulu aku pernah meminta padaMu suatu hari aku akan menjadi anak yang cerdas. Anak yang pandai. Dan selalu itu permintaan besarku. 
Anak yang bisa mengubah dunia. Anak yang baik.
Tuhan...  jadikan aku seperti yang aku ingini.

~Dari Isma Tuhan, karibmu yang nakal.

Minggu, 06 Desember 2015

Baik

Hari ini begitu baik. Hari ini kamu sangat baik. Entah. Aku merasa lebih takut ketika kamu baik padaku daripada kamu jahat, marah, dan tak peduli padaku. Meski aku suka, kebaikanmu membuatku tak tenang. Membuatku takut kamu menjadikanku teman dan bukan lawan. Aku sudah terbiasa dengan permainan yang sama-sama kita berdua ciptakan. Semacam perang dingin. Satu: aku hanya ingin mencintaimu dengan cara lain dan kamu tak usah tahu. 

~IS

Senin, 16 November 2015

Efek Rumah Kaca & Payung Teduh Fragmen


-Adagio backsong-
 
Saya tidak tahu, tangan apa yang bisa membuat saya sampai ke tempat ini? Bagaimana mulanya, bagaimana kajian epistemologisnya? Saya hanya terharu bahwa sekarang saya masih hidup dan sebisa mungkin hidup saya bukan menyoal diri saya tapi menyoal orang lain. 

Pertemuan saya dengan Efek Rumah Kaca dan Payung Teduh, Sabtu (14 November 2015) kemarin mencoba mengajak saya akan refleksi hidup saya sendiri. Saya baru kenal dua band ini saat di Jogja, karena mungkin mereka tidak sering masuk TV— makanya dulu saya tidak tahu. Karena menyoal “musik” kebanyakan orang yang ditahu cuma yang ada di TV. Begitu sempit hidup.

Lagi-lagi, yang memperkenalkan saya dengan dua band alternatif ini adalah para elemen LPM Arena. Payung Teduh pertama kali saya mengenalnya di Vila Bella Plaza, Kaliurang. Tempat saya dan teman-teman di upgrading jadi anggota resmi Arena 2013. Pas di vila itu, Mas Jamal lagi nulis esay sambil memutar musik, saya tak tahu yang nyanyi siapa. Saya mendengarnya kok enak di telinga, ada instrument berbeda dari grup ini. Musiknya lembut dan sesuai dengan kepribadian saya yang melankolis. Saya hanya menghafal beberapa lirik lagunya yang menurut saya puitis dan mengena. Saya masih ingat pararara… pararara… aku ingin berjalan bersamamu di antara daun gugur… Singkat cerita berproses, saya mendengar lagu-lagu ini lagi di sekret, terjawab sudah yang nyanyi Payung Teduh. Yah, sesuai namanya, musiknya bikin teduh.

Efek Rumah Kaca (ERK) ini yang lebih unik. Saya kenal ERK dari sebuah kontradiksi. Belum lama ini, di tahun 2015, saat itu siang, di sekret Arena. Di Arena sedang lumayan ramai karena teman-teman Teater Eska kayak Mas Bedil main. Nah, Mas Sabiq entah siapa nyetel lagu dari komputer Arena yang diteruskan ke sound yang kondisinya sekarang angin-anginan (kadang bunyi, kadang enggak). Lagu yang menurut saya liriknya aneh, nyeleneh, edan, out box semacamnya. Masak saya dengar begini:

….jatuh cinta itu biasa saja…. (sebagai orang yang jatuh cinta, saya dengar lirik ini kayak di-knock out)
….gelap adalah teman yang setia…. (serasa hidup saya sekali, hha)

Saya langsung curious siapa ini yang nyanyi? Band aneh mana lagi ini? Mas Bedil, Mas Jamal, Mas Sabiq pada hafal lagi, kok asik ya. Ini baru terjawab agak lama, saat malam sepi di Arena. Seseorang, sebut Si James nyetel lagu dari komputer. Trus James pergi dan yang tersisa di Arena cuma saya. Lalu saya lihat komputer Arena musik siapa yang diputar: oh yang nyanyi Efek Rumah Kaca. 

Saya langsung semangat copas dan mendengarnya di kos. Brengsek! Seperti halnya saya kenal dengan Sisir Tanah, liriknya kritis, liyan, puitis, dan menggugah kesadaran. Saya kenal band yang "berisi" (versi saya) lagi. Yang liriknya saya banget dan tiap dengarin itu saya merasa punya teman. Di antara 24 lagu ERK yang saya punya, sekitar sebulan saya hampir menghafalnya semua. Bahkan ke-24 lirik lagunya, dalam rangka observasi proses kreatif buat puisi, saya catat, saya tulis ulang di buku. Semua lagu saya suka semuanya, tapi yang paling saya suka yang “Debu-debu Berterbangan” dan “Balerina”.

Jujur, saya tidak mencari hal-hal privasi dari ERK dan Payung Teduh. Bahkan saya tidak hafal semua personelnya. Yang saya ingat, vokalis ERK namanya Mas Cholil (personel lainnya saya tidak tahu). Kalau vokalis Payung Mas Is (ah, kok sama kayak panggilan saya, haha). Meski begitu saya khatam dengan lagu-lagu mereka. Saya mencintai mereka karena kontribusi mereka untuk orang lain, khususnya penikmat musik Indonesia. 

Musik ERK, bagi saya pribadi menyimpan semacam revolusi  bagi kaum marjinal. Seseorang yang disingkirkan dari lingkungannya kayak di lagu Sebelah Mata, Jalang, Di Udara, dan tentang eksistensi yang pudar dalam Tubuhmu Membiru Tragis. Atau lagu para kaum urban seperti di lagu Banyak Asap Di Sana dan Belanja Terus Sampai Mati . 

Banyak juga lirik-liriknya yang berkisah tentang malam, bahkan hampir semua menurut saya suasananya malam, tapi yang paling kentara ada dalam lagu Insomnia dan Melankolia. Atau tentang filosofi memaknai hidup dan bagaimana hidup itu berjalan dalam Balerina, Debu-debu Berterbangan, Desember, Kamar Gelap, Hujan Jangan Marah. 

Atau lagu kritik terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar kita seperti dalam lagu Mosi Tidak Percaya, Efek Rumah Kaca, Menjadi Indonesia, Kenakalan Remaja di Era Informatika. Juga yang paling dalam tentang cinta yang aneh, yang beda dari kebanyakan orang, cinta alternatif, kayak di lagu Jatuh Cinta Biasa Saja, Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa, Lagu Kesepian, Lelaki Pemalu, atau lagu para LGB (Lesbi, Gay, Bisek) di Bukan Lawan Jenis.Yah, saya suka ERK.

Jika Payung Teduh, lagu-lagunya mengajarkan saya tentang perspektif cinta yang substil dan dewasa. Bukan lagu cinta pop yang denotatif. Payung Teduh itu bagi saya bersayap dan romantis, lihat saja dalam lagu Berdua Saja,  Untuk Perempuan yang sedang dalam Pelukan. Juga lagu tentang kekecewaan tapi masih ada harapan atau sesuatu yang menyentuh kenangan Resah, Angin Pujaan Hujan,  Cerita tentang Gunung dan Laut, Kucari Kamu, Tidurlah, atau dalam lagu Kita Adalah Sisa-sisa Keikhlasan yang Tak Diikhlaskan.

Dan Sabtu malam minggu (14/11), saya dan kamerad saya Anis pergi berdua ke konser Gelar Karya & Budaya Mechanical Project, mahasiswa-mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Konsernya diadakan di sportorium UMY. Kami duduk di kursi festival, karena tiketnya paling murah (30K). Kami diberi gelang kertas kayak naik kapal gitu atau mau masuk ke wahana rekreasi mana gitu. Saat itu saya juga bawa kamera Arena, dikenai pajak 15K yang itu bagi mahasiswa pas-pasan seperti saya mahal.

Acaranya dipandu oleh Selososelo. Ada tarian adat dan stand up comedy juga. Lalu yang dinanti-nanti tiba. Yeah, Payung Teduh membuka malam itu dengan lagu Kucari Kamu, pas lihat Mas Is, ah beda banget sama musiknya. Rambutnya gondrong, suaranya cetar, dan khas Is banget. 
Dilanjut lagu-lagunya yang lain yakni Perempuan yang Sedang dalam Pelukan, Angin Pujaan Hujan, Tidurlah, Kita Adalah Sisa-sisa Keikhlasan yang Tak Diikhlaskan, Resah, ditutup lagu yang liriknya Menuju Senja, Payung Teduh… harum mawar di taman, menusuk ke dalam sukma dan menjadi tumpuan rindu cinta bersama di sore itu menuju senja….
Lalu detik-detik yang saya tunggu, “Efek Rumah Kaca”! Allahu Akbar!!! Lagu pembukanya langsung Debu-debu Berterbangan… saya mendadak agamis dan ingat mati. 

“Demi masa, sungguh kita tersesat, membiaskan yang haram karena kita manusia
Demi masa, sungguh kita terhisap, ke dalam lubang hitam, karena kita manusia
Pada saatnya nanti, tak bisa bersembuyi
Kita pun menyesali kita merugi
Pada siapa mohon perlindungan
Debu-debu berterbangan…”

-Atomos. Al 'Ashr-

Pas ERK main, posisi saya sudah VVVIP (Very-very-very Important Person), di pertengahan Payung Teduh main saya sudah merangsek ke depan panggung sendirian bersama kamera saya bareng beberapa fotografer yang lain.

Sayangnya, di sana nggak ada kesempatan buat jingkrak-jingkrak karena model panggung dan penontonnya dibuat kursi-kursi bernomor dan berkelas gitu. Padahal lagu-lagunya ERK asik buat jingkrak-jingkrak. Nggak bisa rock and roll. 

 
Alhasil saya menggilanya sambil duduk badan gerak-gerak semua. Mas-mas fotografer di kiri kanan saya aneh juga kayaknya mandangin saya. Bodoh. Saya sedang bahagia melihat band yang saya sayangi nyanyi di depan. Salah satu mimpi saya nonton ERK terwujud. Dan di paling depan jelas banget nontonya, haha. 
 
Daftar lagu yang ERK nyanyikan: Debu-debu Berterbangan, Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa, Sebelah Mata, Hujan Jangan Marah, Hujan Jangan Marah, Kamar Gelap, Pasar Bisa Diciptakan, Lelaki Pemalu, Jangan Bakar Bukumu (feat Is Payung Teduh), Di Udara, Putih, Jatuh Cinta Itu Biasa Saja, Lagu Kesepian, dan ditutup Desember.

….seperti pelangi setia, menunggu hujan reda.



IS, 2015 Nove 16

Kamis, 29 Oktober 2015

Fail to be Funny

Pal, in a few days so hard to write. I don't know why? Much exercise sprays in my brain, I am feeling yeah or all must go be done (or losing). Other words, reality was so fast and slowly choke me. Dreams were far in other world. Haha, the best idea is to laugh in everything condition like crazy man and what I am.
sometime, i wanna like this monkey, pal
Pal, you know my story in this day? I came in a discussion about a book, I tried to speak there. Now, I want to laugh alone when remember that. Before I visited the discussion, I prepared the subject of discussion almost a piece of paper. When I spoke, the LOL things, I am want to speak funny things, but in me.. it's be serious.. haha. Fail to be funny.

The precious one, I learn about my represent (I am) there. I spoke not because anything, I speak because I want tell for people about my idea, although my tounge was not fluently. Although my words running zig-zag. Although I must stop in along time to think--and person in front of me laugh looking me. Never can forget.

Second, about my friend that tell me much things about friendship. Two years ago until now, I am in doorless house. But, in long time I never feel a deep relation with one by one person there. What's wrong? Everyday we met, but why I am still be an introvert? We met but we out distance.

Third, about my dad. I relieved can tell all that bother my mind here with him. You know, it's so hard to do that, hard. ~IS

Sabtu, 24 Oktober 2015

Lirik Lagu Hidup - Sisir Tanah

Kemarin ada suara gitar yang jernih dimainkan seseorang. Dia nyanyiin lagu ini... lagu untuknya... untuk hidupku, hidupmu... (........harus berani........)

Lagu Hidup

Kita akan selalu butuh tanah
Kita akan selalu butuh air
Kita akan selalu butuh udara
Jadi teruslah merawat

Jika kau masih cinta kawan dan saudara
Jika kau masih cinta kampung halamanmu
Jika kau cinta jiwa raga yang merdeka
Tetap saling melindungi

Dan harus berani, harus berani
Jika orang-orang serakah datang
Harus dihadang

Harus berani, harus berani
Jika orang-orang itu menyakiti
Harus bersatu menghadapi

Sedihmu adalah sedihku juga
Sakitmu sakitku sakit kita manusia
Bahagiaku takkan lengkap tanpa bahagiamu
Bahagiakanlah kehidupan

dan harus berani, harus berani
harus berani, harus berani, harus berani
harus berani, harus berani, harus berani 
Sisir Tanah Copyright
 

Selasa, 06 Oktober 2015

Lirik Lagu Obituari Air Mata – Sisir Tanah

(Sisir Tanah Ft. Antonius Gipta at LAF Yogyakarta)

Kita tuan pada masing-masing
Keinginan-keinginan
Kita tuan pada masing-masing
Kebohongan-kebohongan
Kita tuan pada masing-masing
Keputusan-keputusan
Kita tuan pada masing-masing
Kehilangan-kehilangan

Air mata kenapa kau harus menangis
Air mata kenapa kau harus menangis

Kita tuan pada masing-masing
Kesalahan-kesalahan
Kita tuan pada masing-masing
Kekalahan-kekalahan
Kita tuan pada masing-masing
Pengorbanan-pengorbanan
Kita tuan pada masing-masing
Penyesalan-penyesalan

Air mata kenapa kau harus menangis
Air mata kenapa kau harus menangis
Air mata kenapa kau harus menangis
Air mata kenapa kau harus menangis

Lihat di hati kita di hati kita di hati kita
Lihat siapa yang mati, siapa yang mati, siapa yang mati
Lihat di hati kita di hati kita di hati kita
Lihat siapa yang mati, siapa yang mati, siapa yang mati

Rabu, 23 September 2015

Doa Murid karya Umberto Maturana


Jangan paksakan kepadaku apa yang kauketahui
                                Aku ingin menyelami apa yang tidak kuketahi
                dan menjadi sumber dari penemuanku sendiri
Biarkan yang diketahui mejadi pembebasanku, bukan penghambaanku.

Dunia kebenaranmu dapat menjadi pembatasan bagiku;
                                kearifanmu menjadi sangkalanku.
                Jangan menyuruh-nyuruh aku, mari kita berjalan bersama
Biarkan kekayaanku dimulai di tempat kekayaanmu berakhir.

Tunjukkan kepadaku agar aku dapat berdiri
                di atas bahumu.
Ungkapkan dirimu agar kau dapat menggali
                sesuatu yang berbeda.

Kau percaya bahwa setiap manusia
                                dapat mecintai dan mencipta.
                Maka aku pun memahami rasa takutmu
ketika aku memintamu hidup sesuai dengan kearifanmu.

Kau tidak akan tahu siapa aku
                                dengan hanya mendengarkan dirimu sendiri.
                Jangan menyuruh-nyuruh aku; biarkan saja aku begini.
Kegagalanmu adalah jika aku identik denganmu.

#“Caring” oleh Marcial Losada, diilhami karya Umberto Maturana “The Student’s Prayer”. Tidak diterbitkan sebelumnya.

Senin, 14 September 2015

Aku Tak Tertarik



Aku tak tertarik apa mata pencarianmu.
Aku ingin tahu apa yang kaudambakan, dan apakah kau berani mengimpikan
                bertemu dengan
pujaan hatimu.
Aku tak tertarik berapa usiamu.
Aku ingin tahu apakah kau mau mengambil risiko terlihat bodoh demi cinta, demi
                cita-cita,
demi petualangan hidup sepenuhnya.
Aku ingin tahu apakah kau telah menyentuh pusat dukamu sendiri, jika
kau telah dibukakan oleh pengkhianatan hidup atau telah menjadi layu dan tertutup
karena takut disakiti lagi! Aku ingin tahu apakah kau bisa duduk bersama rasa
                sakit, sakitku atau,
sakitmu, tanpa mencoba menyembunyikannya, atau memudarkannya atau
                memperbaikinya. Aku ingin tahu apakah kau bisa berada bersama sukacita,
                sukaku atau sukamu;
jika kau bisa menari dengan alam liar dan
membiarkan keriangan mengisimu hingga ujung jemari kaki dan tanganmu tanpa
                mengingatkan kita untuk berhati-hati, bersikap realistis, atau mengingat
keterbatasan manusia.
Aku tak tertarik apakah cerita yang kusaksikan ini benar.
Aku ingin tahu apakah kau bisa mengecewakan orang lain agar jujur pada dirimu;
                jika kau
dapat menanggung tuduhan pengkhianatan dan tidak mengkhianati dirimu sendiri.
Aku ingin tahu apakah kau bisa setia dan karenanya dapat dipercaya. Aku ingin
                tahu apakah kau dapat melihat keindahan meskipun tidak setiap hari itu
                elok, dan jika kau dapat
menyumberkan hidupmu dari kehadiran Tuhan. Aku ingin tahu apakah kau bisa
                hidup
dengan kegagalan, gagalmu dan gagalku, dan tetap berdiri pada sisi
danau dan berteriak kepada bulan keperakan: “Ya!”
Aku tak tertarik pada tempat tinggalmu atau seberapa banyak uang yang kau miliki.
Aku ingin tahu apakah kau bisa bangkit setelah semalam berduka dan merana,
lelah, babak belur, dan melakukan apa yang perlu dilakukan demi anak-anak.
Aku tidak tertarik siapa dirimu, atau bagaimana kau tiba di sini.
Aku ingin tahu apakah kau mau berdiri di tengah api bersamaku
dan tidak mundur teratur.
Aku tidak tertarik di mana atau apa atau dengan siapa kau belajar.
Aku ingin tahu apa yang menjagamu dari dalam, saat segala hal berjatuhan.
Aku ingin tahu apakah kau bisa sendirin bersama dirimu; dan apakah kau benar
                benar
menyukai temanmu di saat-saat hampa.

“Undangan” terilhami oleh Pemimpi Gunung Oriah,
Tetua kaum Amerika asli, Mei 1994. 

Saya kutip dari buku SQ karya Danah Zohar dan Ian Marshall.
SQ mengutipnya dalam A Passion for the Possible karya Jean Houston.

Ps: Puisi ini buat teman sepermainan Omi Ajeng Cahyanti, hepi besdei, udah 21th hoi, haha. Juga buat orang yang pernah bilang ke saya “Jangan terlalu berhati-hati Is.”