Jumat, 20 Juli 2018

Picisan (1)

Menyelam. Aku tak juga sampai menggapai dasar diri sendiri. Atau pikiran-pikiranku yang tak henti-hentinya menuju padamu. Sudah sangat pelan sembari kudengar lagu-lagu sepi angin dan dinginnya penantian yang usang. Dari orang yang sudah penuh hanya dengan dirinya sendiri.

Jika takut, aku mencoba merapal namamu. Sembahyang pada ingatan-ingatan yang menyenangkan. Semakin meresapinya, semakin abstrak. Seolah almari, meja, kursi, dan jam dinding tak ada lagi. Tak ada yang menyakitkan selain tercerabut dari kenyataan; yang lebih nyata dari mimpi dan khayalan.

Buku terserengkah, tikus lewat di kolong-kolong ingin mencuri makanan, detik jam yang semakin kaya putarannya, dan adakah pekerjaan yang lebih menyebalkan selain membiarkan tanggung jawab yang belum selesai? Kumohon bersahabatlah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar