Selasa, 04 Oktober 2016

Hujan dan Hitam

I
Sudah seberapa langkah hujan menemanimu membangun rumah yang ingin kamu bangun dengan sungguh-sungguh? Kamu ingin menyerah ya? Jangan. Sebentar lagi reda. 

Namun kenapa kau kebacut bunuh diri?
Bukankah aku dan kamu suka hujan?

II
Bolehkah aku menanyakan pertanyaanmu: “Dalam mejikuhibiniu, di mana kah posisi hitam?” Atau hitam sengaja dihilangkan?
Hei, hitam tak sama dengan gelap, gelap tak sama dengan malam, malam tak sama dengan hitam. Dalam malam aku masih bisa melihat. Dalam gelap aku masih mampu mendengar. Dalam hitam tak ada yang kutemui selain, (mungkin) kedalaman.

Apakah itu berarti mati?
Bukankah kamu dan aku suka hitam?

Jogja, 4 Oktober 2016

2 komentar:

  1. Keren mbak...
    Bagi tips menulis puisi nya dong mbak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aduh, saya tidak jago membuat tips. Haha. Sering-sering aja nulis, sampai muak, sampai dapat kepuasan yang diinginkan.

      Hapus