Kamis, 07 Januari 2016

Ode Kepusingan

i/
Detik selalu kurasakan berlari begitu cepat dan diri ini masih asyik dengan kesenangan tersier. Aku tersuruk-suruk dalam kewajiban primer. Aku terperdaya dengan banyak buku di kamar. Buku yang meromantismekanku dengan mimpi-mimpi masa depan. Setelah usai kenyataan meledakanku lagi dengan hymne-hymne muram bab sains. Juga rantai teman-teman di kelas. Nafas makan, kos, dan jajan dari ibu-bapak. Sudah kubilang kan, di sana aku layaknya sepur bobrok yang mogok dan kehilangan rel. Tapi ini sudah hampir di stasiun akhir...

ii/
Aku masih merasakanmu menyemai bara di tiap teksku. Biarkan aku selalu bahagia dalam tulisan-tulisanmu yang sepanjang rumput teki itu. Biarkan aku bernafas lebih pajang sambil menunggumu di pintu itu, karena menunggumu seperti menunggu kapan air dan api jatuh cinta? Lain kali, aku akan datang padamu dan menertawakan diam-diam tentang jalan hidup yang kamu pilih. Atau jalan hidupku yang sering kamu bahak-bahakkan sambil nglantur: "Kamu banyak takutnya. Kamu banyak khawatirnya. Kamu banyak mengeluhnya. Kamu banyak sedihnya. Kamu banyak menangisnya. Kamu banyak tak terimanya."

iii/
Ada realitas tak kadaluarsa yang selamanya membentuk seseorang menjadi yang sekarang.Tiap detik tumbuh dan tak pernah diketahui. Manusia masih dihantui minornya.

2 komentar:

  1. Salam kenal mba Isma, puisinya keren-keren, saya suka. Silahkan mampir ke http://willy-akhdes.blogspot.co.id untuk melihat puisi-puisi saya yang baru belajar menulis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal Mas Willy..
      Ini saya juga masih belajar

      Yap, udah mampir... terus berkarya ya :)

      Hapus