Kamis, 02 April 2015

Tentang Pentas "Mantra 2" di PKKH UGM

Awal masuk sudah disuguhi ublik-ublik kecil yang banyaak banget kayak lilin-lilin kecil yang membentuk irama. Saya tak menyangka, PKKH penuh dan saya datang telat. Aroma dupa menyengat, panggung tampak begitu magis dengan seperangkat gamelan dan orang2nya. Karena lantai satu penuh, saya nonton di lantai dua.
Pertunjukan dimulai dengan seorang wanita menari dengan gemulai (seperti tarian kecak Bali). Lalu datang penari-penari berpakaian putih2 berjumlah 12 orang yang kayak kerasukan roh menarinya, mantra2 'hong wilaheng' digetarkan. Penonton di lantai 1 beberapa kesurupan, lalu di lantai dua datang petugas bilang "nontonnya jangan serius" (biar gak kesurupan). Namun saya terlanjur menikmati pentas itu. Pentas yang menarik. Dengan jiwa sadar saya nonton, insha allah tak kesurupan, haha.
Hong Wilaheng
Alurnya berkisah tentang perjalanan manusia dari dia ada di kandungan sampai dia meninggal.Adat Jawa terlihat sekali disana, lalu juga tembang2 seperti Asmarada, Mijhil, Gambuh, Durma, Megatruh, Pucung dikumandangkan. Saya suka tari-tariannya. Aktingnya juga pas, keluar masuk aktor rapi, lighting oke, blocking matuk, kostum borjuis sekali (khas ningrat), hanya sayang di akhir cerita pas si tokoh utama meninggal dia dibungkus kafan penontonnya malah ketawa dan tepuk tangan coba? Hm, padahal itu paling sakral untuk dihayati. Nanti kita juga seperti itu. Meregenerasi dan berulang lagi. Tentang hidup adalah siklus.
Kata MC, Mantra 1 dipentaskan tahu 1993, setelah 22th kemudian Mantra 2 malam ini dipentaskan. Pemainnya dari gabungan teater2 Jogja. Yah, good job, menurut saya cukup masterpiece. Hong wilaheng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar