Selasa, 13 Januari 2015

Happy 21th Tias Dwiana Putri

Adikku pertama, namanya Tias Dwiana Putri. Hari ini dia ulang tahun yang ke-21. Agak kaget karena hari ini dia ulang tahun dan untunglah yang mengingatkanku kalau dia ulang tahun bukan fesbuk, tapi kesadaranku sendiri saat tak sengaja menulis tanggal dengan pena pagi itu. Syukur, radarku masih peka untuk hal yang berbau sentimentil seperti ini. Aku bisa merasakan bagaimana hatinya sekarang. Perkara ulang tahun itu perkara perasaan. Biasa untuk orang lain, tapi tidak untuk yang merayakan.

Mungkin aku akan menceritakan tentang dia sekilas. Dia lahir tanggal 13 Januari dua puluh satu tahun yang lalu. Ia lahir di kamar mandi saat ibuk sedang mandi. Kata ibuk melahirkan Tias sungguh sangat gampang, ibuk tak perlu ngeden seperti melahirkan anaknya yang lain. Melahirkan Tias sama seperti halnya ibuk beol, soalnya Tias lahir prematur, belum waktunya, "Pas lahir dia kayak botol," begitu kata Ibuk. Badannya kecil dan sering sakit-sakitan. Saat bayi dia menderita step tingkat akut. Sehari dia bisa kambuh sampai 12 kali. Menurut dukun urut tetanggaku yang bernama Mbah Dami, dia tidak menyangka kalau Tias masih hidup hingga sekarang. Ibuk selalu tidak pernah tidur merawat Tias, pernah suatu waktu Tias jatuh dari atas amben, tubuhnya kontal-kantul, dan ibuk baru menyadarinya ketika bangun. Tak jarang juga ibuk juga membawa adikku itu ke orang pintar seperti Mbah Kendar saat stepnya kambuh.
Umur dan keajaiban memang selalu milik yang kuasa. Adikku berumur panjang dan penyakit stepnya saat ia dewasa sembuh total. Entahlah, ibuk memberinya obat apa?
Memang, kemampuan berpikir adikku ini tak terlalu tinggi. Tak jarang aku sering mendengar Tias dilabeli goblok dan bodoh oleh keluargaku sendiri, tapi dia tak sebodoh itu kok.
Pas SD, kita satu SD, beda satu kelas karena kita beda satu tahun. Pas SMP aku mendaftarkannya ke SMP favorit di kotaku, sekolahku dulu, SMP 2 Cepu. Sungguh kejam sekali, belum apa-apa Tias sudah ditolak sama seorang guru yang jaga di gerbang, disuruh daftar ke SMP lain karena rata-rata nilai UAN-nya lima. Lalu bapak memasukkan adikku ke sebuah SMP swasta Islam: SMP Al Muhammad Cepu. Letak SMP ini jauh, mesthi naik tanjakkkan curam dan tinggi Wonorejo yang di kanan-kirinya ada kuburan. Dia naik sepeda tiap hari. Sering ia bercerita tentang kisah konyolnya pas SMP. Salah satunya, dia pernah telat, dan dia tak berani masuk. Lalu ia mengurung dirinya sendiri di kamar mandi (aku tertawa terpingkal-pingkal mendengar ceritanya ini, ngapain coba? Bolos kok bolos di kamar mandi?)
Saat telat juga, Tias pernah sepedahan sedirian kemana pun, suatu waktu bapak memergokinya, dan Tias hanya cengar-cengir.
Namun, di SMP ini adikku terlihat sangat bahagia karena dikaruniai sahabat-sahabat yang baik. Tias sangat menyanyangi teman-temannya saat SMP. Tias merasa menyatu dengan mereka, baik laki-laki maupun perempuan. Dia sering cerita tentang teman-teman SMP-nya yang sama-sama lucu dan konyol seperti dia. Itu berbeda jauh denganku saat aku duduk di SMP favorit itu, hahaha. Sudahlah, SMP bagiku sangat sakit kadang. Terkucilkan, sendirian, ya sudahlah....
Lulus dari SMP bapak rencananya ingin memasukkan Tias ke SMA. Awalnya bapak berharap Tias masuk SMA favorit juga, SMA 1 Cepu (SMA-ku), tapi lagi-lagi dia ditolak karena nilainya tak mencukupi. Didaftarkanlah Tias ke SMK 1 Cepu (SMK favorit) jurusan Tata Niaga. Dan dia masuk di daftar "cadangan", jika ada yang mengundurkan diri dia diterima, jika tidak ya tidak.
Tuhan akhirnya memberi restu pada Tias untuk masuk SMK itu. Sungguh kelas yang menyebalkan bagiku, di jurusan itu seluruh siswanya kata Tias perempuan semua! Awalnya ada dua cowok, tapi keluar semua. Disini Tias pernah jualan di rumah, beli jajan di pasar, juga magang di Toko Demangan Cepu. Namun, aku melihat dia tak begitu lihai juga berjualan.
Lulus SMK, bapak mendaftarkan Tias di STAN tapi tidak lolos. Saat ditanya 'apakah ingin kuliah?' Tias menjawa lebih senang bekerja. Dia tidak ingin ketemu dengan pelajaran-pelajaran lagi. Aku sangat sedih sekali, Tias lagi-lagi beda denganku yang rakus dengan buku-buku.
Pas aku kuliah di Jogja, Tias pernah ikut aku setengah tahun satu kos. Ia kerja di toko awul-awul Sandang Murah depan Jl. Gejayan. Dia tak betah dan kembali ke Cepu. Di Cepu ia kerja di toko buku bekas aku bekerja dulu. Dia lagi-lagi tak betah karena tacik pemilik toko cerewet dan sering ngomel, kalau sudah ngomel orang China gaek itu nusuk sekali katanya sampai hati, sampai bawa keluarga segala. Pernah dulu pas aku kerja, dari toko buka sampai toko tutup, dia ngoceh marah-marah.
Pas SBMPTN 2014 kemarin, aku kembali mendorong Tias untuk daftar, tapi lagi-lagi jawabannya tak yakin. Lamaaa sekali dia membalas SMS-ku. Aku menghargai pilihanmu Yas, tapi mbakmu ini berharap kau mau suatu hari sekolah lagi.
Tias, adikku yang dermawan, adik yang paling tidak pelit. Bapak pernah bilang sambil marah saat itu (yang ini pernah membuatku nangis): "meski Tias tak sepandai kamu Is, tapi Tias jauh lebih bisa merasakan daripada kamu. Tias itu ngerti dan kamu tidak." Aku tak lupa. Ya, mungkin secara IQ aku tinggi, tapi EQ adikku lebih menang.
Tias adalah cucu kesayangan Mbah Nang, juga ibuk.
Dek, selamat ulang tahun yang ke-21 ya. Mbak berdoa, semoga kamu sukses, dapat jodoh yang baik, sholeh, dan kaya (yang bisa menghidupi kamu, tak hanya mencintai kamu), dan selalu rajin dalam hal apapun.

Mbakyumu: Isma

4 komentar:

  1. Subhanallah,, mbak yang baik :)

    BalasHapus
  2. konon kata om Jean-Jacques Rousseau "pada mulanya manusia adalah makhluk yang baik dalam praktik sosialnya" is. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan terlalu percaya Rousseau Nis. Senua hal baik yang dilakukan orang siapa pun itu (bahkan sahabat/pacarmu) sekali pun biasanya ada motif kepentingan, haha

      Hapus