Rabu, 29 Oktober 2014

Jagongan Perdamaian Di GKJ

Usai diskusi nemeni anak-anak baru Arena dan usai les teknik berita sama Mas Folly aku pergi ke gereja. Melewatkan pertunjukkan teater yang diselenggarakan di gelanggang karena mbayar dan aku sedang tak ada uang. Pertimbangan kedua, di tempat ibadah itu aku yakin akan ketemu orang-orang baru.
Ya, ini untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki ke dalam salah satu ruang di gereja. Letaknya di depan kampus UKDW, namanya Gereja Kristen Jawa Gondokusuman. Aku datang kesini awalnya karena dapat info dari FB yang bilang: Dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda. YIPC yang tergabung dalam Aliansi Pemuda & Mahasiswa Cinta Damai bersama LAWAN (Lembaga Analisis Wacana Keislaman Nasionalis) akan mengadakan "Jagongan Perdamaian" pada tanggal 28 Oktober 2014 Jam 17 - 22 WIB di GKJ.
Aku tertarik dan memutuskan nanti kukayuh pit-ku kesana. Sendirian (dan lagi-lagi sendiri), di depan aku disambut oleh seorang bapak-bapak berwajah relegius yang diakhir acara aku mengetahui jika dia adalah salah seorang pendeta di GKJ, namanya Pak Indrianto. Orangnya ramah dan kebapakan.
Di buku tamu dan di pembagian ubi-kacang gratis, aku ketemu mereka berdua lagi, yaph, Mas Ngar dan Mas Betriq Kindy. Dua orang yang pernah aku kenal pas aksi damai di nol km beberapa minggu yang lalu (senang bertemu kalian).
Pas ke dalam ruangan, aku ketemu lagi sama manusia yang tak asing dari UNY. Anak LPM Ekspresi, si Winna! Awalnya aku pangling sama dia, malah dia yang ngingetin aku. Udah deh, klop! Kenal juga sama Mas Taryo anak Sanata Darma, Jefri anak UKDW, adalagi yang dari UST, Mercu Buana, dan dua anak SMA. Nyampe disana kita dibagi menjadi tujuh kelompok yang terdiri dari tujuh orang. Aku yang nyadar sebagai penyusup main gabung aja, haha. Kita diskusi: apa sih tugas pemimpin?
Trus, datang seorang pembicara, ibu Alissa Wahid (anaknya Gusdur). Ia memberikan semacam orasi. Yang aku ingat: Jangan membeda-bedakan yang sama. Dan jangan menyama-nyamakan yang beda. Beliau juga bilang: Aktivis itu syaratnya dua. Punya nilai intelektual dan dekat dengan rakyat.
Lalu kita makan-makan bareng.
Makan Malam Bersama Lintas Agama
Sudah Kubilang Win: "Makanan enak ini dihabiskan. Setahun lagi belum tentu kita bisa makan yang beginian. Apalagi anak pers..."
Kiri: Mas Kindy, Bu Alissa, Pak Indrianto...
Tanda Tangan Damai
Jogja Yang Lagi Sumpah Pemuda
28 Oktober 2014

4 komentar: